Terdapat perbedaan yang besar antara penggemar anime sejati dengan mereka yang hanya sekedar suka menonton anime. Golongan masyarakat milenial awam biasanya hanya menganggap anime sebatas salah satu dari sekian banyak genre film yang bisa ditonton para penjudi yang gemar DAFTAR BANDARQ ONLINE TERPERCAYA dan hal ini di akui bandarqq online dan juga bandar qq online uang asli.

Mereka tidak alergi apalagi benci jika diajak menonton anime, bahkan terkadang bisa saja ia yang mengajak kamu nonton anime duluan. Sementara itu, penggemar anime kelas berat bisa sangat terobsesi dengan budaya pop Jepang yang satu ini. Fans fanatik anime mungkin saja rela berburu koleksi merchandise karakter favorit kesayangan mereka.

Pokoknya apapun yang berbau hero andalan mereka mulai dari bantal, gelas, action figure, kaos, jaket, sampai boneka sekalipun disikat. Tak jarang pula, pencinta anime garis keras ini siap terbang ke luar kota demi mendapatkan koleksi anime incaran mereka.

Penggila anime bisa dibilang merupakan bagian dari sebuah kelompok yang disebut otaku. Seorang otaku dengan kredibilitas tinggi memandang dunia anime sebagai sebuah kondisi ideal yang indah untuk hidup di dalamnya. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan loh, karena faktanya dilihat dari sisi psikologis, ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan perilaku. Kalian sebagai penggemar anime, harus bisa membedakan apakah hanya sekedar cinta, atau sudah berubah menjadi kecanduan?

Penggemar Anime Awal Mula Perkenalan Dengan Anime

Penggemar Anime Awal Mula Perkenalan Dengan Anime

Anak muda dan remaja pertama kali mengenal anime kebanyakan dari acara televisi nasional. Zaman dulu kala, konon setiap minggu pagi hingga menjelang siang akan tersedia banyak sekali tontonan anime di stasiun swasta. Lucunya, anak kecil yang paling susah bangun sekalipun, mendadak jadi rajin di mana jam 6 tepat sudah melek mata.

Bayangkan saja, Indosiar pun sempat menayangkan serial Ultraman mulai dari pukul setengah enam subuh! Tapi beranjak dewasa, kecintaan anak-anak terhadap anime pun biasanya akan memudar perlahan. Jika tidak, mereka akan mulai mengenal lebih lanjut budaya ini dengan mengoleksi manga Jepang di toko buku. Tahap awal kegilaan anime pun dimulai dari sini.

Hampir sebagian besar anime yang terkenal sampai ke mancanegara mempunyai episode yang sangat panjang. Saking banyaknya, sinetron Cinta Fitri yang udah tamat di 700 tayangan pun seolah bukan apa-apa. Serial Naruto versi komiknya sudah selesai di episode 700 an.

Namun, sejumlah anime baru lain seperti Bleach, One Piece, atau Detective Conan, dari awal 90 an hingga kini masih belum kunjung selesai. Kartun legendaris yaitu Dragon Ball mungkin memang sudah tamat bertahun-tahun yang lalu. Tapi jangan salah, anime ini sudah beberapa kali didaur ulang dan terbukti masih laris manis di bioskop Jepang. Setiap tahunnya, selalu ada saja versi movie terbaru yang ditelurkan oleh Akira Toriyama.

Khayalan Tingkat Tinggi Penggila Genre ini

Keautisan para otaku bisa berkembang kepada tahap semakin parah dan mulai mengkhawatirkan. Coba tebak, kacamata mereka kebanyakan berlensa tebal, mirip seperti pantat botol minuman kaca. Mata minus sudah menjadi langganan buat otaku, soalnya mereka hobi banget baca komik sampai larut malam.

Khayalan Tingkat Tinggi Penggila Genre ini

Masalahnya, para otaku jauh lebih senang tenggelam dalam fantasi animenya ketimbang bersosialisasi dengan dunia luar. Keadaan ini menciptakan kepribadian yang terganggu perkembangannya ibarat katak dalam tempurung. Jika dibiarkan, mereka bisa-bisa kehilangan banyak teman dan indahnya masa muda akibat lebih suka mengurung diri di kamar. Kalau sudah terlanjur begitu, kebiasaan buruk ini bisa mengakibatkan anak terkena sindrom yang mengarah pada gejala psikopat.

Belum puas sampai di situ, otaku freak pastinya bakal rajin menghadiri pagelaran festival seputar Jejepangan di manapun ia berada. Serasa monyet yang dilepas di alam liar, begitu bersemangat sekali mereka menyambut datangnya hari perdana acara dibuka. Mereka tidak segan-segan berdandan ala kartun favorit kesayangan seperti yang disebutkan di atas.

Wig warna-warni, kardus, baju ala maid, penutup mata, serta make up tebal menjadi andalan mereka. Tak jarang pula, riasan menor hasil amatiran ini keliatan maksa banget loh guys. Heran deh gak habis pikir kalo udah ngeliatin kelakuan otaku. Yah tapi mau bagaimana lagi, namanya juga gelora anak muda. Kalau dilarang, nanti malah semakin menjadi. Gimana dong?